Minggu, 13 Juni 2010

penggunaan Micro Teaching


Secara akademik jika seseorang ingin menjadi guru ia harus menempuh
pendidikan keguruan. Guru TK dan SD masuk ke PGSD, guru SMP dan sekolah
lanjutan atas masuk FKIP atau IKIP (sudah melebur di dalam universitas).
Akan tetapi mereka yang lulusan universitas dengan disipilin ilmu murni,
misalnya kimia, dapat menjadi guru dengan syarat sudah menempuh program
Akta IV
Namun demikian persiapan menjadi guru tidak semata-mata melalui jalur
pendidikan formal. Faktor internal yang ada di dalam diri seseorang juga
mempengaruhi kesuksesan orang menjadi guru. Kesuksesan bukan dalam
arti kaya secara duniawi, melainkan kesuksesan karena ia benar-benar menjadi
seorang guru yang berkualitas (profesional) ditinjau dari berbagai aspek. Jika
faktor internal seperti motivasi dan bakat sangat berpengaruh terhadap
kesuksesan seseorang menjadi guru, maka tesis yang dikemukan oleh James
Phopam dalam bukunya “Bagaimana Mengajar Secara Sistematis”, bahwa
guru itu dilahirkan bukan dibentuk seolah menjadi pembenaran. Lebih lanjut
dikemukakan, tidak setiap guru membutuhkan pertolongan. Beberapa orang
memang benar-benar dilahirkan sebagai guru. Termasuk di dalam golongan
ini adalah, orang-orang yang tidak pernah memikirkan bagaimana caranya
mengajar. Meskipun demikian orang-orang semacam itu tidak banyak
memerlukan pertolongan dalam memperbaiki pengajaran. Mereka sungguhsungguh
boleh dikatakan sebagai guru-guru yang berbakat; tidak diragukan
lagi mereka itu mampu memberi inspirasi.
Dalam konteks ini dapat dianalogikan, meskipun seseorang sudah
menempuh pendidikan keguruan baik itu program diploma atau S1, namun
setelah terjun di dalam kelas tidak menunjukkan performance yang cukup
memadai. Secara materi ia mampu menguasai, namun tidak cukup terampil
untuk menyampaikan materi dengan jelas, menarik sehingga mudah
dimengerti oleh siswa.
Kriteria Guru yang Berkualitas
Seorang guru yang ideal menurut Uzer Usman (1992) mempunyai tugas pokok
yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Oleh karena itu seorang guru harus
memiliki kompetensi. Dalam profesi keguruan kita mengenal istilah kompetensi.
Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai apakah seorang guru
berkualitas atau tidak. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu:
(1) kompetensi personal, (2) kompetensi sosial, dan (3) kompetensi profesional.
Kompetensi personal lebih menunjukkan pada kematangan pribadi. Di
sini aspek mental dan emosional harus benar-benar terjaga. Kompetensi sosial
lebih menunjukkan pada kemampuan guru untuk berelasi, berinteraksi. Guru
memperlihatkan keluwesan dalam pergaulan dengan siswa, kepala sekolah,
dan juga teman sejawat di tempat ia mengajar. Guru bisa menciptakan
persahabatan yang baik. Keberadaannya memberi manfaat yang positif.
Sedangkan kompetensi profesional lebih menunjukkan pada kemampuan yang
dimiliki guru sebagai pengajar yang baik.
Raka Joni (1979) berdasarkan Komisi Kurikulum Bersama P3G menetapkan
dan merumuskan bahwa kompetensi profesional guru di Indonesia terdiri
atas 10 kompetensi, yakni: (1) menguasai bahan pelajaran; (2) mengelola
Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005 101
Menyia
program pembelajaran; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media dan
sumber belajar; (5) menguasai landasan pendidikan; (6) mengelola interaksi
belajar mengajar; (7) menilai prestasi belajar; (8) mengenal fungsi dan
layanan bimbingan dan penyuluhan; (9) mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah; dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian
guna keperluan pengajaran.
Dari kesepuluh kompetensi profesional itu menurut hemat penulis dapat
dirangkum menjadi dua kompetensi yang paling utama, yaitu menguasai bahan
pelajaran dan dapat mengajarkannya dengan jelas dan menarik. Kedua
kompetensi inilah dalam kondisi objektif belum terpenuhi. Mungkin kita pernah
mendengar komentar, “Si guru A itu hebat benar penguasaan materinya tetapi
tidak bisa mengajar”, atau sebaliknya, “Si guru B itu pandai mengajar tetapi
minim penguasaan materi


KONSEPSI MICRO TEACHING
Harus diakui bahwa tidak banyak referensi atau buku-buku yang membahas
secara khusus tentang konsepsi micro teaching. Tetapi secara singkat dapat
diungkapkan di sini, micro teaching merupakan latihan mengajar yang
diorganisasi di mana ada yang berperan sebagai guru dan lainnya sebagai
siswa dalam kelas. Setiap pelaksanaan mengajar direkam supaya dapat dilihat
kembali dan dievaluasi cara mengajarnya. Micro teaching dilakukan di dalam
sebuah ruangan yang dilengkapi dengan berbagai alat/barang yang diperlukan.
Sejauh pengetahuan dan pengalaman penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar